Apa Itu TAUHID?
Secara
bahasa adalah mengesakan, sedangkan secara istilah adalah mengesakan
ALLAAH di dalam ibadah. Seseorang dikatakan bertauhid jika tidak
beribadah selain kepada ALLAAH. Apabila ia beribadah kepada selain ALLAAH maka
ia telah syirik.
Kalimat Tauhid Laa ilaaha illaa
ALLAAH merupakan rukun pertama dalam
pondasi agama islam. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang shahih bahwa Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء
الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت
Islam
dibangun di atas lima perkara: (1) Syahadat bahwa
tiada tuhan yang berhak disembah dengan benar selain ALLAAH dan bahwa Muhammad
adalah utusan ALLAAH; (2) Menegakkan shalat; (3) Menunaikan zakat; (4) Puasa di
bulan Ramadhan; dan (5) Berhaji ke Baitullah. ( HR. Al-Bukhari no.8 dan Muslim
no. 16 ).
Hukum
kalimat tauhid لا إله إلا الله mengandung makna:
1. Nafi yaitu Pengingkaran bahwa tiada
tuhan selain ALLAAH
2. Itsbats yaitu Penetapan bahwa
kecuali ALLAAH (menetapkan ALLAAH sebagai satu-satunya sesembahan)
Kalimat ini pula, bersama dengan kalimat
syadahat Muhammadur Rasuulullaah. Kemudian bentuk kalimat tauhid yakni
لا إله إلا الله وأن
محمدا رسول الله
merupakan :
1. syarat
mutlak masuk surga
2. syarat untuk mendapatkan syafaat
di hari kiamat
3. syarat untuk mendapatkan
keamanan
4. syarat untuk mendapatkan
hidayah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَخَيَّرَنِى بَيْنَ أَنْ يُدْخِلَ نِصْفَ أُمَّتِى
الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ وَهِىَ لِمَنْ مَاتَ
لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
Aku disuruhh memilih antara
memasukkan separuh dari umatku ke dalam surga atau memilih syafa’at. Aku pun
memilih syafa’at dan ini akan diperoleh oleh orang yang mati dalam
keadaan tidak berbuat syirik pada ALLAAH dengan sesuatu apa pun” (HR.
Tirmidzi)
من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون
الله حرم ماله ودمه وحسابه على الله
Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallah dan mengingkari semua
yang disembah selain ALLAAH,
haramlah harta dan darahnya dan hisabnya tergantung kepada ALLAAH. (HR. Muslim
no. 23)
Maksud dari haramlah harta dan darahnya yaitu kelak ia pasti akan
dimasukkan kedalam surga setelah habis hisabnya dan kekal di dalam surga
selama-lamanya. Dan maksud hisab tergantung kepada ALLAAH adalah ALLAAH
menghendaki syafaat atau pertolongan kepada siapapun yang DIA kehendaki, dengan
demikian ada yang hisabnya lebih lama dan ada hisabnya lebih cepat meskipun
tidak ada kebaikan yang mereka perbuat selama di dunia.
ALLAAH juga berfirman :
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ
يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ
مُّهْتَدُوْنَ
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka
itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk
(QS AL-An’am : 82)
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا
Maka
barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia
mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam
beribadah kepada Tuhannya.(QS Al-Kahfi : 110)
Mengapa
Harus Belajar Tauhid?
Sudah
semestinya seorang muslim mementingkan belajar ilmu Tauhid sebelum ilmu lainnya.
Karena ilmu tauhid penting untuk beribadah kepada ALLAAH dengan benar.
Sebagaimana firman ALLAAH dalam Quran Surat Adz Dzariyat : 56
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Tauhid adalah inti dakwah para Rasul, dari rasul yang pertama yaitu Nabi Nuh sampai
rasul yang terakhir yakni Nabi Muhammad صلى
الله عليه و سلم . Oleh
karena itu ALLAAH mengutus para rasul untuk mengajarkan tauhid yakni mengesakan
ALLAAH dan menjauhi tooghuut. Sebagaimana firman ALLAAH
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا
اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى
اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى
الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Dan sungguh, Kami telah
mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah ALLAAH,
dan jauhilah togut”, kemudian di antara mereka ada yang
diberi petunjuk oleh ALLAAH dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul). (QS An-Nahl : 36)
Oleh karena itu ALLAAH Subhaanahu wa Ta’aalaa mengutus pada Nabi dan Rasul ‘alaihimussalaam untuk menegakkan
tauhid dan mendakwahkannya. Para Nabi dan Rasul tidaklah mendakwahi ummatnya dengan
menekankan perbaikan ekonomi terlebih dahulu, tidaklah pula dengan merebut
kekuasaan para penguasa yang zhalim terlebih dahulu dan mendirikan daulah
islamiyah. Padahal kita semua tahu bahwa para rasul tersebut diutus di
tengah-tengah masyarakat yang penguasanya amat zholim. Namun pokok dakwah
mereka adalah perbaikan akidah ummat dan membersihkannya dari segenap kotoran
syirik. ALLAAH Ta’aalaa
secara tegas berfirman untuk menyembah NYA karena tidak ada
Tuhan selain DIA.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ
إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan AKU, maka sembahlah
AKU olehmu sekalian (QS. Al-Anbiya: 25).
ALLAAH Ta’ala telah berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
DIAlah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan DIA menurunkan air (hujan) dari langit, lalu DIA menghasilkan dengan hujan
itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi ALLAAH, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 21-22)
Seorang muslim yang tidak paham tauhid
berarti dia tidak paham dengan agamanya secara kaaffah. Karena muslim sepantasnya mengutamakan
tauhid dan membersihkan diri dari kesyirikan. Sesungguhnya syirik
membatalkan amal dan menjadikan pelakunya termasuk orang yang rugi. Dosa syirik adalah dosa yang sangat
ALLAAH murkai ( tidak diampuni ALLAH, kekal di neraka selama-lamanya sebab
tidak ada harapan untuk masuk surga. ALLAAH Ta’aalaa berfirman :
وَلَقَدْ اُوْحِيَ
اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
بَلِ اللّٰهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِّنَ الشّٰكِرِيْنَ
Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (ALLAAH), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah engkau termasuk orang yang rugi. Karena itu, hendaklah ALLAAH saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang
bersyukur. (QS Az Zumar : 65-66)
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ
اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ
يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
Sesungguhnya ALLAAH tidak akan mengampuni (dosa) karena
mempersekutukan-NYA(syirik), dan DIA mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa
yang DIA kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan ALLAAH, maka sungguh, dia telah berbuat dosa
yang besar. (An-Nisa’: 48)
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ
ۗوَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ
وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ
Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya ALLAAH itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata,
“Wahai Bani Israil! Sembahlah ALLAAH, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya
barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) ALLAAH, maka sungguh, ALLAAH mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah
neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim
itu.
Dengan demikian wajib bagi
setiap muslim untuk mempelajari tauhid yang merupakan awal yang harus dia
tuntut kemudian direalisasikan dalam ibadahannya. Dan juga mempelajari
tentang syirik yang merupakan lawan dari tauhid dan macam-macam syirik untuk
dijauhi dan agar tidak terjerumus ke dalam kesyirikan. Karena ALLAAH Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman:
“Sesungguhnya ALLAAH
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan ALLAAH, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Dan keselamatan seseorang di akhirat kelak ditentukan oleh
tauhid. Orang yang mati dalam keadaan bertauhid, maka ia akan selamat di
akhirat walaupun membawa dosa yang banyak. Adapun orang yang mati dalam keadaan
musyrik, maka ia tidak akan selamat dan merugi selamanya. Allah Ta’ala
berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya
hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun
dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya” (QS. Al Kahfi: 110).
Kewajiban
Berdakwah TAUHID Sebagaimana Dakwah Nabi
ALLAAH
Ta’ala berfirman, “Katakanlah:
‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada ALLAAH
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci ALLAAH, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik’.” (Yusuf: 108). Dari ayat yang mulia ini, kita
tahu bahwa pengikut Rasulullaah yang hakiki adalah mereka yang berdakwah
sebagaimana Rasulullaah shollallaahu
‘alaihi wa sallam berdakwah.
Tidaklah
hal pertama dan utama yang Rosululloh shollallohu
‘alaihi wassalam dakwahkan kecuali tauhid, maka penyeru
yang sejati ialah mereka yang menyerukan kepada tauhid. Sedangkan
orang-orang yang menyimpang dari jalan ini disinyalir oleh ALLAAH ‘Azza wa Jalla dalam firmanNYA: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini)
adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan ALLAAH agar kamu bertakwa.” (Al-An’am:
153)
Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan, “dari hadits yang
mulia ini, dan juga barangsiapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang
disebutkan dalam Al Qur’an, dan juga barangsiapa yang memperhatikan sirah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ia dapat memahami manhaj dakwah
ilallah. Dan ia akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia
adalah aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah Allah semata dan tidak
mempersekutukannya, serta meninggalkan semua ibadah kepada selain Allah,
sebagaimana makna Laa ilaaha illallah” (Al
Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, 17).
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan juga ditanya, “Fadhilatus syaikh,
bagaimana pandangan anda mengenai sebagian da’i yang tidak mendakwahkan tauhid.
Namun mereka hanya mendakwahkan akhlak mulia dalam mayoritas ceramah dan
khutbah mereka”.
Beliau
menjawab:
“Dakwah
yang demikian tidaklah bermanfaat sama sekali. Ini sebagaimana badan yang
tidak ada kepalanya, maka ia menjadi mayit. Badan jika tidak ada kepalanya,
maka bagian badan lainnya tidak bermanfaat. Dakwah yang tidak mendakwahkan
tauhid, itu semisal dengan badan yang tidak ada kepalanya. Melelahkan namun
tidak ada faidahnya.
Maka
barang siapa yang mengaku sebagai pengikut Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan
mencintai beliau serta meneladani beliau, maka hendaknya ia menjadikan dakwah
tauhid sebagai prioritas utama sebagaimana beliau Shallallahu’alaihi Wasallam lakukan
serta para Nabi Rasul sebelum beliau. Allah Ta’ala berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21).
Dalam kitab Shahihain, disebutkan
sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu,
bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus
Mu’adz radhiyallahu ‘anhu berdakwah ke Yaman, beliau mewasiatkan,
إنك تأتي قوما من أهل الكتاب فادعهم إلى أن
يشهدوا أن لا إله إلا الله وأني رسول الله، فإن أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض
عليهم خمس صلوات في اليوم والليلة، فإن أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم
صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد في فقرائهم
“Sesungguhnya engkau
akan menghadapi kaum Ahli Kitab maka ajaklah mereka untuk bersyahadat bahwa
tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa diriku adalah utusan
Allah. Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, beritahu mereka kemudian
bahwa Allah telah mewajibkan mereka untuk shalat lima kali sehari semalam. Jika
mereka pun patuh untuk itu, ajari pula mereka bahwa Allah mewajibkan mereka
menunaikan zakat yang ditarik dari orang-orang kaya mereka lalu diserahkan pada
para fakir miskin dari kalangan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 1395 dan Muslim no. 19)
Demikianlah dakwah para Nabi dan Rasul ‘alahis shalatu was salaam, mereka mendakwahkan tauhid dan itulah inti dakwah mereka. Mereka mengajak manusia untuk menyembah ALLAAH semata dan meninggalkan segala bentuk penyembahan kepada selain ALLAAH.
Dan
mereka pun mengajarkan dakwah tauhid ini kepada para sahabatnya. Perhatikan apa
yang diwasiatkan Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam kepada Mu’adz bin Jabal ketika Mu’adz di utus untuk
berdakwah di Yaman. Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma ia berkata,
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله
عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى
قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ
يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ
اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ،
فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى
أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا
أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda padanya, “Sesungguhnya
engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau
dakwahkan pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal
tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat
lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka mengerjakan itu (shalat),
maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk
membayar zakat dari harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara
mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir. Jika mereka menyetujui hal
itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari
harta berharga yang mereka miliki” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim
no. 19).
SABAR Dalam Mendakwahkan TAUHID
Dakwah memang membutuhkan waktu yang panjang
dan lama untuk memetik hasilnya, tapi justru hal itulah yang dituntunkan oleh
syari’at Islam. Kita tidak akan ditanya oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala di
akhirat kelak: Berapa jumlah pengikut yang berhasil kita rekrut? tetapi yang
akan ditanyakan adalah: Sudahkah kita menyampaikannya kepada manusia
sebagaimana diperintahkan? Sama saja bagi kita, apakah mendapat pengikut
ataukah tidak, selama dakwah kita sesuai dengan tuntunan sesuai syariat maka
itulah wujud keberhasilan dakwah yang sebenarnya.
Dalam
sebuah hadits disebutkan bahwa ketika mi’raj, Alloh menunjukkan kepada Nabi
Muhammad shollallohu ‘alaihi wassalam para nabi dan rasul sebelum beliau
beserta pengikutnya. Ada nabi yang hanya memiliki beberapa orang pengikut, dan
bahkan ada yang tidak mempunyai seorang pengikut pun. Dan tatkala kita menengok
sejarah nabi Nuh, berapa lama beliau berdakwah? Yaitu selama sembilan ratus
lima puluh tahun. Berapakah jumlah pengikut beliau yang berhasil didakwahi yang
akhirnya ikut dalam bahtera dan diselamatkan dari adzab Alloh? Tidaklah banyak,
hanya sedikit jumlahnya. Mereka para rasul adalah orang-orang yang sukses dalam
berdakwah, walaupun jika dilihat dari jumlah pengikut amatlah sedikit.
Lihatlah
sejarah perjalanan panjang dakwahnya para nabi dan Rasul, jika kita menelusuri
jejak para nabi niscaya kita dapatkan cobaaan kita lebih kecil dibandingkan
ujian yang diperoleh oleh para nabi dan Rasul tersebut berupa penentangan dan
pengingkaran dari kaumnya, belum lagi kesabaran yang luar biasa yang mereka
miliki untuk mendakwahkan tauhid di tengah-tengah kerusakan ummatnya.
Karena
itulah nabi kita Muhammad shollallaahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus utusan
beliau untuk berdakwah ke daerah lain, selalu mewasiatkan agar tauhidlah yang
pertama kali mesti didakwahkan, sebagaimana sabda beliau kepada Mu’adz bin
Jabal ketika akan diutus ke negeri Yaman untuk berdakwah, beliau Shallallohu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu kaum dari
ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kamu serukan kepada mereka adalah (agar
mereka) bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang berhak untuk disembah melainkan
Alloh.” (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Imam Muslim), dan dalam satu
riwayat dari Imam Al-Bukhari [dengan lafazh]: Agar mereka mentauhidkan Alloh (dalam
beribadah kepadaNya). Wallaahu ta’aalaa a’lam.
BACA JUGA
SYIRIK DAN BAHAYA KESYIRIKAN
REFERENSI
1. HSI
Abdullah Roy
2. https://muslimah.or.id/9369-tauhid-adalah-inti-dakwah-seluruh-nabi-dan-rasul.html
3. https://muslim.or.id/436-dakwah-tauhid.html
4. https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar