Apa Itu TAUHID?


Secara bahasa adalah mengesakan, sedangkan secara istilah adalah mengesakan ALLAAH di dalam ibadah. Seseorang dikatakan bertauhid jika tidak beribadah selain kepada ALLAAH. Apabila ia beribadah kepada selain ALLAAH maka ia telah syirik.

Kalimat Tauhid Laa ilaaha illaa ALLAAH merupakan rukun pertama dalam pondasi agama islam. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang shahih bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بني الإسلام على خمسشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت

Islam dibangun di atas lima perkara: (1) Syahadat bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan benar selain ALLAAH dan bahwa Muhammad adalah utusan ALLAAH; (2) Menegakkan shalat; (3) Menunaikan zakat; (4) Puasa di bulan Ramadhan; dan (5) Berhaji ke Baitullah. ( HR. Al-Bukhari no.8 dan Muslim no. 16 ).

Hukum kalimat tauhid لا إله إلا الله mengandung makna:

1. Nafi yaitu Pengingkaran bahwa tiada tuhan selain ALLAAH

2. Itsbats yaitu Penetapan bahwa kecuali ALLAAH (menetapkan ALLAAH sebagai satu-satunya sesembahan)

Kalimat ini pula, bersama dengan kalimat syadahat Muhammadur Rasuulullaah. Kemudian bentuk kalimat tauhid yakni لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله merupakan :

1. syarat mutlak masuk surga

2. syarat untuk mendapatkan syafaat di hari kiamat

3. syarat untuk mendapatkan keamanan

4. syarat untuk mendapatkan hidayah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَخَيَّرَنِى بَيْنَ أَنْ يُدْخِلَ نِصْفَ أُمَّتِى الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ وَهِىَ لِمَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Aku disuruhh memilih antara memasukkan separuh dari umatku ke dalam surga atau memilih syafa’at. Aku pun memilih syafa’at dan ini akan diperoleh oleh orang yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik pada ALLAAH dengan sesuatu apa pun” (HR. Tirmidzi)

من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه وحسابه على الله

Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallah dan mengingkari semua yang disembah selain ALLAAH, haramlah harta dan darahnya dan hisabnya tergantung kepada ALLAAH. (HR. Muslim no. 23)


Maksud dari haramlah harta dan darahnya yaitu kelak ia pasti akan dimasukkan kedalam surga setelah habis hisabnya dan kekal di dalam surga selama-lamanya. Dan maksud hisab tergantung kepada ALLAAH adalah ALLAAH menghendaki syafaat atau pertolongan kepada siapapun yang DIA kehendaki, dengan demikian ada yang hisabnya lebih lama dan ada hisabnya lebih cepat meskipun tidak ada kebaikan yang mereka perbuat selama di dunia.

 

ALLAAH juga berfirman :

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk (QS AL-An’am : 82)

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.(QS Al-Kahfi : 110)

 

 

Mengapa Harus Belajar Tauhid?

Sudah semestinya seorang muslim mementingkan belajar ilmu Tauhid sebelum ilmu lainnya. Karena ilmu tauhid penting untuk beribadah kepada ALLAAH dengan benar. Sebagaimana firman ALLAAH dalam Quran Surat Adz Dzariyat : 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Tauhid adalah inti dakwah para Rasul, dari rasul yang pertama yaitu Nabi Nuh sampai rasul yang terakhir yakni Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Oleh karena itu ALLAAH mengutus para rasul untuk mengajarkan tauhid yakni mengesakan ALLAAH dan menjauhi tooghuut. Sebagaimana firman ALLAAH

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah ALLAAH, dan jauhilah togut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh ALLAAH dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS An-Nahl : 36)

Oleh karena itu ALLAAH Subhaanahu wa Ta’aalaa mengutus pada Nabi dan Rasul ‘alaihimussalaam untuk menegakkan tauhid dan mendakwahkannya. Para Nabi dan Rasul  tidaklah mendakwahi ummatnya dengan menekankan perbaikan ekonomi terlebih dahulu, tidaklah pula dengan merebut kekuasaan para penguasa yang zhalim terlebih dahulu dan mendirikan daulah islamiyah. Padahal kita semua tahu bahwa para rasul tersebut diutus di tengah-tengah masyarakat yang penguasanya amat zholim. Namun pokok dakwah mereka adalah perbaikan akidah ummat dan membersihkannya dari segenap kotoran syirik. ALLAAH Ta’aalaa secara tegas berfirman untuk menyembah NYA karena tidak ada Tuhan selain DIA.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan AKU, maka sembahlah AKU olehmu sekalian (QS. Al-Anbiya: 25).

ALLAAH Ta’ala telah berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, DIAlah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan DIA menurunkan air (hujan) dari langit, lalu DIA menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi ALLAAH, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 21-22)

 

Seorang muslim yang tidak paham tauhid berarti dia tidak paham dengan agamanya secara kaaffah. Karena muslim sepantasnya mengutamakan tauhid dan membersihkan diri dari kesyirikan. Sesungguhnya syirik membatalkan amal dan menjadikan pelakunya termasuk orang yang rugi. Dosa syirik adalah dosa yang sangat ALLAAH murkai ( tidak diampuni ALLAH, kekal di neraka selama-lamanya sebab tidak ada harapan untuk masuk surga. ALLAAH Ta’aalaa berfirman :

وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

بَلِ اللّٰهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِّنَ الشّٰكِرِيْنَ

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (ALLAAH), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. Karena itu, hendaklah ALLAAH saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur. (QS Az Zumar : 65-66)

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

Sesungguhnya ALLAAH tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-NYA(syirik), dan DIA mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang DIA kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan ALLAAH, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (An-Nisa’: 48)

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗوَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ

Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya ALLAAH itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah ALLAAH, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) ALLAAH, maka sungguh, ALLAAH mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.

Dengan demikian wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari tauhid yang merupakan awal yang harus dia tuntut kemudian direalisasikan dalam ibadahannya. Dan juga mempelajari tentang syirik yang merupakan lawan dari tauhid dan macam-macam syirik untuk dijauhi dan agar tidak terjerumus ke dalam kesyirikan. Karena ALLAAH Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman: “Sesungguhnya ALLAAH tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan ALLAAH, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”

Dan keselamatan seseorang di akhirat kelak ditentukan oleh tauhid. Orang yang mati dalam keadaan bertauhid, maka ia akan selamat di akhirat walaupun membawa dosa yang banyak. Adapun orang yang mati dalam keadaan musyrik, maka ia tidak akan selamat dan merugi selamanya. Allah Ta’ala berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya” (QS. Al Kahfi: 110).

 

Kewajiban Berdakwah TAUHID Sebagaimana Dakwah Nabi

ALLAAH Ta’ala berfirman, “Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada ALLAAH dengan hujjah yang nyata, Maha Suci ALLAAH, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” (Yusuf: 108). Dari ayat yang mulia ini, kita tahu bahwa pengikut Rasulullaah yang hakiki adalah mereka yang berdakwah sebagaimana Rasulullaah shollallaahu ‘alaihi wa sallam berdakwah.

Tidaklah hal pertama dan utama yang Rosululloh shollallohu ‘alaihi wassalam dakwahkan kecuali tauhid, maka penyeru yang sejati ialah mereka yang menyerukan kepada tauhid. Sedangkan orang-orang yang menyimpang dari jalan ini disinyalir oleh ALLAAH  ‘Azza wa Jalla dalam firmanNYA: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan ALLAAH agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153)

Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan, “dari hadits yang mulia ini, dan juga barangsiapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an, dan juga barangsiapa yang memperhatikan sirah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ia dapat memahami manhaj dakwah ilallah. Dan ia akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia adalah aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya, serta meninggalkan semua ibadah kepada selain Allah, sebagaimana makna Laa ilaaha illallah” (Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, 17).

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan juga ditanya, “Fadhilatus syaikh, bagaimana pandangan anda mengenai sebagian da’i yang tidak mendakwahkan tauhid. Namun mereka hanya mendakwahkan akhlak mulia dalam mayoritas ceramah dan khutbah mereka”.

Beliau menjawab:

“Dakwah yang demikian tidaklah bermanfaat sama sekali. Ini sebagaimana badan yang tidak ada kepalanya, maka ia menjadi mayit. Badan jika tidak ada kepalanya, maka bagian badan lainnya tidak bermanfaat. Dakwah yang tidak mendakwahkan tauhid, itu semisal dengan badan yang tidak ada kepalanya. Melelahkan namun tidak ada faidahnya.

    Maka barang siapa yang mengaku sebagai pengikut Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan mencintai beliau serta meneladani beliau, maka hendaknya ia menjadikan dakwah tauhid sebagai prioritas utama sebagaimana beliau Shallallahu’alaihi Wasallam lakukan serta para Nabi Rasul sebelum beliau. Allah Ta’ala berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21).

Dalam kitab Shahihain, disebutkan sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz radhiyallahu ‘anhu berdakwah ke Yaman, beliau mewasiatkan,

إنك تأتي قوما من أهل الكتاب فادعهم إلى أن يشهدوا أن لا إله إلا الله وأني رسول الله، فإن أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في اليوم والليلة، فإن أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد في فقرائهم

Sesungguhnya engkau akan menghadapi kaum Ahli Kitab maka ajaklah mereka untuk bersyahadat bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa diriku adalah utusan Allah. Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, beritahu mereka kemudian bahwa Allah telah mewajibkan mereka untuk shalat lima kali sehari semalam. Jika mereka pun patuh untuk itu, ajari pula mereka bahwa Allah mewajibkan mereka menunaikan zakat yang ditarik dari orang-orang kaya mereka lalu diserahkan pada para fakir miskin dari kalangan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 1395 dan Muslim no. 19)


        Demikianlah dakwah para Nabi dan Rasul ‘alahis shalatu was salaam, mereka mendakwahkan tauhid dan itulah inti dakwah mereka. Mereka mengajak manusia untuk menyembah ALLAAH semata dan meninggalkan segala bentuk penyembahan kepada selain ALLAAH.

    Dan mereka pun mengajarkan dakwah tauhid ini kepada para sahabatnya. Perhatikan apa yang diwasiatkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kepada Mu’adz bin Jabal ketika Mu’adz di utus untuk berdakwah di Yaman. Dari Ibnu ‘Abbas  radhiallahu’anhuma ia berkata,

لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka mengerjakan itu (shalat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19).


SABAR Dalam Mendakwahkan TAUHID

          Dakwah memang membutuhkan waktu yang panjang dan lama untuk memetik hasilnya, tapi justru hal itulah yang dituntunkan oleh syari’at Islam. Kita tidak akan ditanya oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak: Berapa jumlah pengikut yang berhasil kita rekrut? tetapi yang akan ditanyakan adalah: Sudahkah kita menyampaikannya kepada manusia sebagaimana diperintahkan? Sama saja bagi kita, apakah mendapat pengikut ataukah tidak, selama dakwah kita sesuai dengan tuntunan sesuai syariat maka itulah wujud keberhasilan dakwah yang sebenarnya.

 

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika mi’raj, Alloh menunjukkan kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wassalam para nabi dan rasul sebelum beliau beserta pengikutnya. Ada nabi yang hanya memiliki beberapa orang pengikut, dan bahkan ada yang tidak mempunyai seorang pengikut pun. Dan tatkala kita menengok sejarah nabi Nuh, berapa lama beliau berdakwah? Yaitu selama sembilan ratus lima puluh tahun. Berapakah jumlah pengikut beliau yang berhasil didakwahi yang akhirnya ikut dalam bahtera dan diselamatkan dari adzab Alloh? Tidaklah banyak, hanya sedikit jumlahnya. Mereka para rasul adalah orang-orang yang sukses dalam berdakwah, walaupun jika dilihat dari jumlah pengikut amatlah sedikit.

Lihatlah sejarah perjalanan panjang dakwahnya para nabi dan Rasul, jika kita menelusuri jejak para nabi niscaya kita dapatkan cobaaan kita lebih kecil dibandingkan ujian yang diperoleh oleh para nabi dan Rasul tersebut berupa penentangan dan pengingkaran dari kaumnya, belum lagi kesabaran yang luar biasa yang mereka miliki untuk mendakwahkan tauhid di tengah-tengah kerusakan ummatnya.

Karena itulah nabi kita Muhammad shollallaahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus utusan beliau untuk berdakwah ke daerah lain, selalu mewasiatkan agar tauhidlah yang pertama kali mesti didakwahkan, sebagaimana sabda beliau kepada Mu’adz bin Jabal ketika akan diutus ke negeri Yaman untuk berdakwah, beliau Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kamu serukan kepada mereka adalah (agar mereka) bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang berhak untuk disembah melainkan Alloh.” (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Imam Muslim), dan dalam satu riwayat dari Imam Al-Bukhari [dengan lafazh]: Agar mereka mentauhidkan Alloh (dalam beribadah kepadaNya). Wallaahu ta’aalaa a’lam.

BACA JUGA

SYIRIK DAN BAHAYA KESYIRIKAN

 

REFERENSI

1. HSI Abdullah Roy

2. https://muslimah.or.id/9369-tauhid-adalah-inti-dakwah-seluruh-nabi-dan-rasul.html

3. https://muslim.or.id/436-dakwah-tauhid.html

4. https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar